Gambar: WhatsApp Image 2022 04 12 at 09 45 27 j

  • Bagikan

Lombok Tengah, 23 Maret 2022 - Badan Litbang SDM – Puslitbang SDPPPI Kementerian Kominfo bersama Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Tengah, bekerjasama mengembangkan aksesibilitas wisata Lombok khususnya di daerah Lombok Tengah melalui kegiatan bertajuk “Audiensi Kurikulum Kewirausahaan Digital untuk Desa Wisata” pada 23 Maret silam yang bertempat di Novotel Lombok Resort & Villas, Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Kebudayaan Lombok Tengah, Muhamad Hatta menyampaikan pada kegiatan focus grup discussion (FGD) bahwa Pemerintah Kota Lombok Tengah yang berencana untuk mengembangkan desa wisata, merasa sangat terbantu dengan kerjasama dari Kominfo melalui program ‘Kewirausahaan Digital untuk Desa Wisata’. “Kami berharap agar daerah lain di Lombok juga bisa meningkatkan pariwisatanya, agar bukan hanya daerah yang mendapatkan sorotan seperti Mandalika atau Gili Trawangan saja yang dikenal,” ungkap Hatta.

Harapan untuk memajukan desa wisata dengan cara melibatkan masyarakat juga diungkapkan dari para panelis bahwa desa seharusnya menjadi indikator pembangunan. Apabila desanya sudah maju, masyarakat secara keseluruhan pun pasti ikut maju. Maka ketika pemerintah ingin dibantu oleh desa, pendampingan dan ulur tangan dari pemerintah untuk desa sangatlah dibutuhkan.

Oleh dari itu, perwakilan masyarakat Lombok yang hadir dalam acara FGD tersebut ikut turun tangan membahas modul pelatihan “Program Kewirausahaan Digital Desa Wisata” yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Koordinator program Digital Entrepreneurship Academy (DEA), Riza Azmi, mengatakan bahwa pengembangan kurikulum desa wisata ini adalah bagian dari peran Kominfo melalui DEA untuk meningkatkan sektor pariwisata di dalam negeri melalui peningkatan skill digital. “Diharapkan daerah wisata yang selama ini masih belum dikenal bisa lebih memperluas namanya untuk menarik wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri,” ungkap Azmi.

Yudistiro Bayu Aji, selaku Sub Kordinator Penyusunan Standar Kompetensi Kemenparekraf juga berharap lewat kegiatan FGD, program ini bisa mendapat masukan untuk menyempurnakan kurikulum. “Terlebih karena adanya pandemi kita ingin mendatangkan devisa, namun terhambat karena ada pembatasan bepergian. Padahal, Desa Wisata memiliki potensi yang menarik karena tidak hanya menunjukkan keindahan lingkungan saja, tapi juga budaya yang ada di masyarakat tersebut,” pungkas Yudistiro.


Label
dts, dea, fgd, desa wisata