DESKRIPSI
Diskusi Potensi dan Prospek Pertumbuhan Ekonomi di Bandung Selatan, Selasa 31 Oktober 2017 di Kota Bandung. Sebagai pembicara, pengamat ekonomi Acuviarta Kartabi, Kepala Badan Promosi Pariwisata Daerah Jabar Cecep Rukmana, Ketua Kadin Jabar Agung Suryamal, dan ekonom ITB Anggoro Budi Nugroho (PR, Rabu, 1/11/2017).
TELAAH
Dari hasil telaah ekonom ITB Anggoro Budi Nugroho, bahwa ada empat kecamatan di Kabupaten Bandung yang berpotensi menjadi penopang agrikultur atau wisata Bandung Selatan. Keempat kecamatan tersebut adalah Rancabali, Ciwidey, Pasirjambu dan Pangalengan. Kecamatan-kecamatan tersebut berada di dataran tinggi dengan pegunungan dan lembah yang berudara sejuk dan pemandangan yang indah serta ditumbuhi pepohonan dan sayuran dan buah-buahan.
Bandung Selatan menjadi salah satu penghasil sayuran, buah-buahan dan susu sapi segar, yang dikirim ke pasar induk Caringin Kota Bandung. Juga merupakan tujuan wisata warga Bandung dan kota-kota lain di Indonesia; hanya akses ke lokasi wisata kurang mendukung karena jalannya sempit yang mengakibatkan perjalanan terganggu kemacetan; belum lagi daerah tersebut baru-baru ini sering terjadi longsor karena sering diguyur hujan dan kurangnya tanaman keras.
Dengan adanya pembangunan tol Soroja (Soreang-Pasirkoja) yang rencana akan diresmikan penggunaanya tanggal 22 Nopember 2017 nanti, diharapkan pengunjung ke daerah wisata Bandung Selatan akan meningkat; sehingga wisata agro berpotensi dikembangkan dan menjelma menjadi salah satu kekuatan perekonomian wilayah Bandung Selatan.
Sesuai dengan prediksi Cecep Rukmana, bahwa dalam dua tahun mendatang wilayah tersebut akan diserbu wisatawan. Perkembangan itu harus diantisipasi dengan berbagai aturan tata ruang yang tepat, kalau tidak akan berdampak negatif terhadap lingkungan. Hal ini sangat penting dilakukan oleh Bupati Kabupaten Bandung bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat membuat peraturan yang mendukung terlaksananya wisata agro ke daerah tersebut. Bila tidak ada peraturan tentang tata ruang akan berdampak negatif terhadap lingkungan, karena masyarakat akan berlomba-lomba membangun lahan untuk sarana wisata dengan todak mengikuti aturan, mereka bebas tanpa mengindahkan lingkungan. Pembisnis hanya menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Oleh: Noneng Sumiaty
Label
kajian isu mingguan