Jakarta – Puslitbang Aptika dan IKP melakukan FGD Expert Judgement Penelitian Short Term Bidang IKP “Respon Generasi Millenial terhadap Kebijakan Pemerintah Melalui Media Sosial” di hotel Ashley (5/04). FGD ini bertujuan untuk mendefinisikan tema-tema kebijakan pemerintah di media sosial, menentukan sumber informasi, dan mengetahui konten atau format yang efektif dan menarik bagi generasi millennial. Narasumber dalam FGD ini Gabriel Sujayanto, Dedi Permadi, dan Yoze Rizal.
Gabriel Sujayanto mengatakan bahwa narasi yang melibatkan generasi adalah yang memahami generasi itu sendiri. “Pondasi penting menciptakan narasi yang melibatkan generasi adalah yang memahami generasi itu sendiri. Pihak Kantor Staf Presiden (KSP) pernah melakukan penelitian dengan pendekatan etnografi (pendekatan intensif) yang menghasilkan beberapa informasi bahwa millennials tidak menyukai narasi mainstream, mereka menyukai hal-hal yang otentik dan sesuia dengan passion-nya, tida runut dan menyukai perjuangan. Keren bagi millennial adalah ketidaksempurnaan, unik, dan nyeleneh. Karena itu untuk menghasilkan konten yang menarik bagi millennial merupakan tantangan tersendiri bagi kami khususnya penyedia informasi,” ujar Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV, KSP tersebut.
Menanggapi isi penelitian “Respon Generasi Millennials terhadap Kebijakan Pemerintah Melalui Media Sosial”, Dedi Permadi menjelaskan terkait metode penelitian. “Konsep penelitian sudah sangat baik, harapannya hasil penelitian ini dapat dipakai oleh satker terkait. Karena tujuan kita adalah memaksimalkan hilirisasi riset. Dari segi variable sebaiknya menghilangkan kata “pemberitaan”, fokus saja pada “kebijakan pemerintah” karena dua hal tersebut memiliki output yang berbeda. Kemudian sasaran penelitian, apakah cukup dengan generasi millennials saja? Karena gen Z juga mendominasi media sosial kita. Saran saya dijadikan satu saja, karena karakteristik generasi millennial dan gen Z tidak jauh berbeda”, ujar Tenaga Ahli Kementerian Komunikasi dan inforfmatika Bidang Kebijakan Digital tersebut.
Sedangkan Yose Rizal mengatakan bahwa generasi millennials merupakan target market pihak swasta dan pemerintah. “Millennials menjadi target market oleh swasta dan pemerintah, apalagi mengingat bonus demografi yang akan terjadi. Kemungkinan tahun 2020 millennials akan lebih siap mendukung 1000 start up Kominfo. Sosial Media sekarang menjadi platform utama. Semenjak tahun 2014 Twitter mulai ditinggalkan millennials, karena twitter gagal melindungi penggunanya dari hoax. Kalau kita gagal melindungi sosial media, maka kita akan gagal melindungi generasi muda. Hoax harus cepat ditangani, karena jika hoax dibiarkan terlalu lama akan dipercaya”, ujar CEO Mediawave tersebut. (NM)
Label
puslitbang aptika dan ikp, fgd expert judgement, disabilities