• Bagikan

Jakarta - Puslitbang Aplikasi Informatika dan Informasi dan Komunikasi Publik, Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Kominfo, mengadakan FGD Faktor Kesuksesan dan Kegagalan Inkubator Bidang e-Commerce”, di R.R. Lt.5, Gd.Utama, KemKominfo (23/08).

Deva Primadia Almada, mengatakan bila melihat perkembangan inkubator bidang ICT di Indonesia, KemKominfo dapat me-launching program sejenis khusus tenant ICT. “Gambaran perkembangan inkubator bidang ICT di Indonesia, pada tahun 2013 Kemenristek Dikti sudah mengadakan program Inkubasi Bisnis Teknologi (IBT) berupa hibah, proses seleksinya ketat. Tahun 2013-2016 tren untuk tenant bidang ICT semakin meningkat. Contohnya tahun 2016, dari 50 peserta yang lolos dengan dana 500 juta, 50-60% adalah tenant ICT. Dilihat dari hal ini, KemKominfo juga dapat me-Launching program sejenis khusus untuk tenant ICT. Diharapkan ke depannya program pengembangan ICT semakin banyak”, ujar Kepala incuBie Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM)-IPB tersebut.

Ahmad Yani menambahkan nantinya dapat ditambahkan juga peluang usaha di bidang ICT yang merupakan peluang bisnis besar. “Untuk kedepannya dapat ditambahkan juga peluang usaha bidang ICT, yang kedepannya dapat bermunculan. Daerah-daerah di Indonesia juga semakin berkembang ICT-nya, sehingga mendukung ke pertumbuhan tenant ICT. Ini menjadi peluang bisnis yang besar. Contohnya, sektor migas dan pertanian saat ini semakin menurun, sedangkan sektor ICT semakin meningkat. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) rumahan sudah mulai menggunakan IT untuk pemasarannya”, ujar ujar Sekretaris Pusat Inkubator Bisnis dan Pengembangan Kewirausahaan LPPM-IPB tersebut.

Teddy Tee mengatakan bahwa kunci keberhasilan dari inkubator ada pada database. Sementara kendala utama startup ada pada validasi. “Kunci keberhasilan dari inkubator ada pada database yang beragam. Smentara kendala utama startup ada pada proses validasi untuk bisnis itu sendiri, apakah menguntungkan? Apakah dapat berjalan sampai selesai?”, ujar Ketua Kompartemen Fintech Asosiasi Modal ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) tersebut.

Ia juga memberikan masukan untuk pemerintah. “Banyak hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah, seperti memberikan bantuan modal tidak hanya dari sisi investasi, tetapi juga dari sisi perizinan”.

Indra Purnama mengatakan bahwa fungsi dari inkubator adalah to find the right product dan tujuan dari inkubator adalah mensukseskan tenant. “Fungsi dari inkubator adalah to find the right product. Inkubator harus berupa product, bukan project. Karena product dapat di ukur dan berskala besar. Saat ini banyak produk yang kalau tidak gratis dulu, tidak akan maju. Tujuan utama dari inkubator adalah mensukseskan tenant. Tidak relevant ketika memasukkan pertanyaan faktor kepuasan tenant terhadap fasilitas, dll. Sejauh ini inkubator di Indonesia juga belum ada yang berhasil, untuk melihat faktor keberhasilan inkubator perlu benchmark dengan negara lain, disana banyak yang sudah sukses, seperti plug and play”, ujar Ketua Komisi Bidang Kerjasama dan Promosi Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia (AIBI) tersebut.

Ia juga menyarankan untuk menambahkan DNA inkubator. “Inkubator bukan dari Indonesia, sedangkan kriteria 7s itu dari Indonesia. Apakah valid jika 7s dipakai sebagai DNA–nya inkubator? Jadi perlu ditambahkan mana saja yang menajdi DNA-nya inkubator. Seed capital juga tidak masuk ke dalam DNA inkubator, harusnya ke investor. Perlu ditambahkan juga pembeda inkubator dengan investor”.

Sementara Nooriza menjelaskan hal-hal apa saja yang perlu diciptakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan e-commerce. “Beberapa hal yang perlu diciptakan pemerintah untuk mendorong e-commerce terus tumbuh, diantaranya; SDM. Indonesia masih kekurangan tenaga SDM yang berfungsi meninduksi startup. Untuk idea dan enterpreneurship, masih pada tahap early. Perlu gerakan yang mendorong dari bawah, misalnya dari mahasiswa, siswa SMK, yang mumpuni dan tertarik untuk menjadi entrepreneur. Sejauh ini kita cenderung mengadakan kompetisi, memunculkan yang sudah ada, bukan memunculkan yang belum ada. (intinya supply sdm untuk startup). Kemudian strategi pendanaan. Pemerintah tidak ada dana untuk pendanaan, tetatpi pemerintah harus memiliki strategi pendanaan. Disini Presiden akan mengeluarkan KUR untuk startup, kemudian mengonversi KUR menjadi investasi. Terahir Environment. Hal ini menyangkut tecnological workers dari luar yang dibutuhkan, namun masih terhambat masalah imigrasi”, ujar Kasubdit Teknologi dan Kemitraan, Dit.e-business, Aptika, Kementerian Kominfo tersebut. (NM)


Label
puslitbang aptika dan ikp, fgd, inkubator