Gambar: semianr hasil inkubator

  • Bagikan

Jakarta - Puslitbang Aplikasi Informatika dan Informasi dan Komunikasi Publik, Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Kominfo, mengadakan seminar hasil penelitian “Faktor Kesuksesan dan Kegagalan Inkubator Bidang ICT”, (16/09). Seminar hasil penelitian ini bertujuan untuk menyempurnakan laporan akhir penelitian bidang Aplikasi Informatika.

Penelitian ini merupakan kegiatan Penelitian Joint Research, yang dalam pelaksanaannya Tim Peneliti Puslitbang Aptika dan IKP bekerja sama dengan peneliti dari IncuBie Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM), IPB.

Dalam mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kesuksesan dan kegagalan inkubator bisnis bidang ICT yang menjadi tujuan penelitian ini, sampling inkubator meliputi 3 (tiga) elemen yang terdiri dari unsur Pemerintah: Kemenkominfo & Kemenperin; Perguruan Tinggi: ITB, UGM & Binus; dan Swasta: Bandung Digital Valley, GEPI & Ideabox. Faiq Wildana, Ketua Tim Penelitian, dalam paparan hasil penelitiannya menyampaikan, bahwa dari hasil FGD yang telah diolah dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Analisis SWOT, menunjukkan, terdapat peluang dan Ancaman inkubator di ketiga elemen pemerintah, PT, dan swasta. Pada sisi peluang, yaitu adanya concern pemerintah terhadap sektor e-commerce; lingkungan industri digital start up yang masih berkembang; talent source (start up) di bidang IT sudah mulai banyak; serta iklim investasi asing dengan pendanaan besar pada start up di Indonesia. Sementara dari sisi ancaman, saat ini belum terdapat Regulasi / Kebijakan terhadap start up; Masuknya start up asing ke Indonesia, life cycle produk start up yang pendek, terus inovasi.

Deva Primadia Almada mengatakan bahwa analisis GAP bertujuan untuk menampilkan analisis inkubator yang sesuai standar. “Tujuan dari analisis GAP untuk menampilkan analisis inkubator yang sudah sesuai dengan standar. Dari 8 (delapan) inkubator survei, 3 (tiga) inkubator sudah memenuhi standar minimum, sementara 5 (lima) lainnya belum memenuhi standar minimum,” ujar Inkubator Bisnis IncuBie, LPPM, IPB tersebut.

Sementara Basuki Yusuf Iskandar mengatakan bahwa kesuksesan tenant merupakan kriteria utama dalam inkubator. “Kesuksesan tenant (jumlah) merupakan kriteria utama dari kesuksesan inkubator, yang penting adalah output-nya. Pertanyaan terkait presentase tenant yang sukses di bawah suatu inkubator, saya kira itu akan lebih objektif, walaupun masih bias. Tapi kita bisa mengetahuinya dari website nya, apakah masih aktif atau tidak, contact person-nya bisa dihubungi atau tidak,” ujar Kepala Badan Litbang SDM Kementerian Kominfo tersebut.

Dikatakan juga bahwa faktor kegagalan masih kurang diungkapkan dalam penelitian ini. “Untuk faktor gagalnya jarang diungkap, padahal kondisi di Indonesia masih lebih banyak yang gagal dibandingkan yang suksesnya, saya mau dengar tentang hal itu. Hal itu sangat kontekstual dengan kebijakan publik yang menjadi concern kita.”

Ia juga menyarankan beberapa hal untuk penelitian ini. “Perlu ditonjolkan skill deveopment yang berujung pada public policy. Unsur Akademisi, Bisnis, Government (ABG) jika mewakili ketiga stakeholder dapat dijadikan rekomendasi untuk merancang suatu kolaborasi dalam melakukan start up inkubator. Dan untuk kesimpulan dapat ditampilkan yang lebih berguna, yang menyentuh ke problem-nya beserta solusi praktisnya. Karena dalam membuat policy brief untuk Menteri, yang pertamakali dibaca adalah kesimpulannya.”

Retno Sumekar mengatakan bahwa sampling penelitian tidak bisa mewakili inkubator di Indonesia sehingga diperlukan kajian ulang. “Samplingnya hanya 9 (sembilan) tidak mencakup semuanya, masih banyak yang tidak dimasukkan, menurut saya itu tidak dapat menggambarkan tentang inkubator di Indonesia, karena itu diperlukan kajian ulang,” ujar Direktur Perusahaan Pemula Berbasis Bisnis Teknologi, Kemenristek dan Dikti tersebut.

Ia pun menawarkan untuk menggunakan data yang dimiliki Kemenristek dan Dikti jika KemKominfo ingin membuat kajian ulang. “Kajian data dari Ristek sudah representatif jika ingin digunakan, jadi tidak mulai dari awal. Saat KemKominfo membuat suatu kebijakan dapat diperkuat dengan data inkubator yang sudah tepat.”

Maikada mempertanyakan mengenai masalah ide yang genuine beserta solusinya. “Ide yang genuine dari penelitian ini seperti apa? Dan bagaimana solusi terbaru yang bisa dihasilkan Kominfo? Ini yang sebenarnya kita cari dari penelitian ini,” ujar Kasi Data dan Informasi Industri Konten Multimedia, Dit.PI, Aptika tersebut.

Ia juga menyarankan penelitian ini agar dikaitkan dengan Nawacita. “Bisa tidak jika ini dikaitkan dengan Nawacita?, agar program regulator sejalan dengan program Nawacita, jadi terlihat up to date dengan kebijakan saat ini.”

Seminar Hasil Penelitian “Faktor Kesuksesan dan Kegagalan Inkubator Bidang ICT” diadakan di BPPT, yang dihadiri oleh perwakilan dari Ditjen Aptika, Pejabat Struktural, peneliti dan calon peneliti di lingkungan Badan Litbang SDM, beserta staf di lingkungan Puslitbang Aptika dan IKP. (NM)


Label
puslitbang aptika dan ikp, seminar hasil penelitian, inkubator