• Bagikan

Jakarta - Puslitbang Aplikasi Informatika dan Informasi dan Komunikasi Publik, Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Kominfo, mengadakan seminar Rancangan Penelitian “Manfaat Ekonomis TI dalam Implementasi Sistem Resi Gudang (SRG) dan Pasar Lelang Komoditi (PLK) Sektor Pertanian”, (15/11- 2017).

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh Sistem Resi Gudang (SRG) yang terintegrasi secara nasional, sehingga bisa menjadi salah satu alternatif manfaat ekonomis yang bisa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar petani di Indonesia. Pengembangan infrastruktur dasar teknologi informasi yang dibutuhkan menjadi tanggungjawab pemerintah pusat melalui proyek Palapa Ring.

Permasalahan yang dihadapi petani Indonesia diantaranya; banyaknya petani yang hidup di bawah standard kemiskinan, ketergantungan pada rentenir, menurunnya harga hasil tani saat panen raya, dan Sulitnya mendapatkan akses modal untuk menanam kembali. Dengan adanya SRG dan PLK diharapkan dapat menyelesaikan masalah-masalah petani dan juga dapat memberikan manfaat bagi pihak lain, diantaranya pedagang, pengelola gudang, penyelenggara PLK dan lembaga keuangan.

Tujuan dari penelitian ini untuk melakukan identifikasi Manfaat Ekonomis penggunaan TIK bagi stakeholder SRG dan PLK, dan diharapkan dapat mengoptimalkan startegi pemanfaatan SRG dan PLK di Indonesia.

Tomi Setiawan mengatakan bila SRG di laksanakan secara ideal dapat keluar angka ekonomisnya. “Dengan dukungan data hitungan angka, berapa yang bisa kita peroleh, yang dapat memberikan manfaat besar, itu yang belum kita ketahui. Jika SRG dilaksanakan secara ideal, dapat memunculkan angka-angka manfaat ekonomis. Angka-angka ini dapat menajadi trigger untuk menggugah para stakeholder bahwa sektor pertanian ini dapat bergairah”, ujar Kasubbag Pemberdayaan Pelaku SRG, BAPPEBTI tersebut.

Ia pun mengungkapkan bahwa permasalah SRG ada di pengelola gudang. “Dari 121 gudang yang ada saat ini, baru 70% yang berjalan. Permasalahannya ada di pengelola gudang, masih banyak pengelola yang tidak aktif, tidak memberikan terobosan-terobosan. Namun ini tantangannya, jika pasar tidak dikelola dengan baik, orang tidak akan mau melaksakan sistem yang telah dibuat”.

Slamet Santosa menyarankan untuk memutus rantai tengkulak, harus diberikan solusi dari awal. “Petani di awal harus dikasih modal. Petani dibimbing melalui TIK sampai bagaimana memasukkan hasil dalam aplikasi untuk di jual. Jadi petani tidak pusing, karena sudah dimodali, panen hasil di bimbing dan sudah tau nanti hasil panen akan dijual kemana. Petani yang menjadi binaan SRG adalah petani yang menerima kartu tani sebagai bantuan pupuk dari pemerintah”, ujar Kasubdit Industri Perangkat Lunak, Direktorat Pemberdayaan Industri Informatika, Ditjen Aptika tersebut.

Pahotan Sitorus menambahkan supaya petani dapat go online. “Dengan SRG, petani bisa mendapatkan harga jual yang baik, dapat kepastian mutu dan jumlah pada saat awal penyimpanan, dan mendapat peluang pinjaman dari Bank. Melalui SRG, petani dapat di edukasi untuk go online, bagaimana caranya menggunakan teknologi untuk menjual hasil panennya”, ujar Kasie Perancangan Pemberdayaan Teknologi Infrastruktur Informatika, Direktorat Pemberdayaan Informatika, Ditjen Aptika tersebut.

Sementara Oim Abdul Rahman menyarankan agar SRG fokus kepada Gapoktan. “Pengembangan SRG selanjutnya dapat fokus melalui Gapoktan, jadi proses bisnisnya di tetapkan ke petani atau pedagang”, ujar Kasie Investasi, subdit Pemasaran dan Investasi, Dit. PPHTP, Kementerian Pertanian tersebut.

Benny Ranti mengatakan bahwa teknologi harus dapat men-drive SRG mobile yang dapat di manfaatkan secara optimal. “SRG dapat memberikan terobosan-terobosan yang efisiensi sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal. Efisiensinya dapat dilihat dari bagaimana pemerintah dapat memanfaatkan teknologi palapa ring untuk mensejahterakan petani”, ujar Doesen Universitas Indonesia tersebut.

Ia pun menyarankan agar dalam penelitian ini menggunakan batas-batas kodisi ideal. “Harusnya di strategi upaya mencapai kondisi ideal dimunculkan, dilihat bagaimana mencapai kondisi ideal tersebut. Dan menyangkut hitungan angkanya, agar diperhatikan manfaat yang dapat diperoleh selama berapa tahun dan berapa jumlah petani nya”.

Seminar Hasil Penelitian “Manfaat Ekonomis TI dalam Implementasi Sistem Resi Gudang (SRG) dan Pasar Lelang Komoditi (PLK) Sektor Pertanian”, dilaksanakan di Hotel Millenium, Jakarta, yang dihadiri oleh perwakilan dari Ditjen Aptika dan Ditjen IKP, Pejabat Struktural, peneliti dan calon peneliti di lingkungan Badan Litbang SDM, beserta staf di lingkungan Puslitbang Aptika dan IKP. (NM)


Label
puslitbang aptika dan ikp, seminar hasil penelitian, srg