Gambar: gpr 2

  • Bagikan

Jakarta (07/11/2019) – Sebagai rangkaian dari pelaksanaan studi singkat bidang informasi dan komunikasi publik, Puslitbang Aplikasi Informatika dan Informasi dan Komunikasi Publik (Puslitbang Aptika dan IKP), menyelenggarakan seminar hasil penelitian untuk studi singkat yang berjudul “Pengembangan Konsep GPR di Era Revolusi Industri 4.0” pada tanggal 7 November 2019 di Hotel Ibis Style, Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Sebagai panelis pembahas dalam Seminar hasil penelitian ini yaitu Ika Karlina Idris, Ph.D dari Universitas Paramadina selaku akademisi dan Dr. Basuki Agus Suparno, M.Si selaku tenaga ahli Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik. Selain itu, seminar ini pun dihadiri oleh para peserta umum dan praktisi humas.

Kegiatan seminar dibuka oleh Drs. Sunarno, MM, Kepala Puslitbang Aptika dan IKP, dan dilanjutkan dengan pemaparan hasil penelitian oleh Amri Dunan, Ph.D selaku koordinator tim penelitian tersebut. Dalam paparannya disebutkan bahwa praktik Government Public Relations (GPR) di era revolusi industri 4.0 perlu memperhatikan setidaknya 3 aspek mencakup strategi komunikasi, aspek sumber daya manusia, dan aspek sistem komunikasi.

Pada aspek strategi komunikasi, kedepannya GPR perlu mempertimbangkan perubahan peran GPR supaya tidak hanya memainkan peran sebagai disseminator, namun juga memainkan peran sebagai publicist, frame maker, dan fast checker. Tidak hanya itu, GPR juga perlu aktif melakukan otomatisasi konten dalam praktik public relations yang dilakukan. Untuk SDM yang berperan sebagai GPR diharapkan dapat memiliki kompetensi bidang komunikasi dan juga big data analytics. Hal ini karena dalam praktik public relations di masa depan akan mengarah pada data driven. Teknologi seperti artificial intelligence, robotic, dan big data analytics pun akan menjadi bagian dari strategi komunikasi yang diterapkan pada praktik GPR di era revolusi industri 4.0.

Menurut Ika Karlina, meskipun saat ini buzzer dan influencer sedang menjadi tren global di media sosial, namun publik tetap memiliki kepercayaan pada akun-akun media sosial pemerintahan.

“Sebelumnya saya ada survey ke 330 responden, ditanyakan pada mereka akun siapa yang paling mereka percaya? Jawabannya yang paling dipercayai adalah akun medsos pemerintah. Ini menjadi sesuatu kekuatan dari GPR yang ada saat ini. Kedepannya, perlu difokuskan untuk arah tujuan GPR itu kemana? Baik tujuan demokrasi, pragmatis, ataupun tujuan politik dari GPR itu sendiri.”

Sedangkan menurut Basuki Agus Suparno, meskipun memasuki era revolusi industri tetapi perubahan dalam praktik GPR tetap harus dilakukan secara bertahap. Tidak hanya berfokus pada media sosial, tetapi juga tetap menggunakan kanal media lainnya karena masih banyak lapisan masyarakat yang belum menikmati kemajuan teknologi. Yang tidak boleh luput dari praktik GPR adalah pemahaman GPR sebagai pelaksana negara, yang mana pelaksanaannya harus berdasarkan cita-cita negara yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.


Label
puslitbang aptika dan ikp, seminar hasil, publikasi hasil penelitian, short study, gpr 4.0, revolusi industri 4.0