• Bagikan

Jakarta (09/05/2018) – Bertempat di OREA Hotel, Jakarta Pusat, pada tanggal 9 Mei 2018, Puslitbang Aptika & IKP melaksanakan Seminar Proposal Penelitian dengan judul “Efektivitas Pelaksanaan Jambore TIK untuk Kemandirian Penyandang Disabilitas”.

Seminar ini dibuka oleh Kepala Puslitbang Aptika & IKP, Wiryanta. Dalam sambutan pembukanya, Wiryanta menyatakan bahwa seminar proposal penelitian ini bertujuan untuk memantapkan dan memaksimalkan hasil penelitian yang akan dilakukan.

“Latar belakang diadakannya penelitian ini adalah berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016, pasal 53, tentang Penyandang Disabilitas, dan pelaksanaan Jambore TIK yang sudah dilakukan oleh Badan Litbang SDM beberapa tahun terakhir ini,” demikian lanjut Wiryanta.

Hadir pula Kepala Badan Litbang SDM, Basuki Yusuf Iskandar, selaku narasumber dan pengarah. Dalam arahannya Basuki turut mengingatkan untuk berhati-hati menggunakan istilah dalam penelitian, apalagi terkait dengan disabilitas. Basuki turut meminta kepada narasumber lain untuk memberikan masukan dan penilaian yang sesuai dengan pemikiran dan pemahaman demi perbaikan dan ketepatan penelitian.

Narasumber lain tersebut di antaranya Psikolog dari UI, Farida Kurniawati, Juri Jambore TIK Disabilitas, Indra Jaya, dan penyandang disabilitas yang memiliki gelar S2 serta bekerja sebagai ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dimas Prasetyo Muharam.

Dalam pembahasan narasumber menyampaikan bahwa diperlukan pemetaan terlebih dulu berdasarkan kelompok usia, latar belakang pendidikan. Untuk penyandang disabilitas harus dikelompokan pula berdasarkan jenis disabilitasnya, yaitu tuna rungu, tuna wicara, tuna daksa, dan yang paling sulit yaitu autis.

Terkait keberhasilan pelaksanaan Jambore TIK yang telah dilakukan beberapa tahun terakhir ini, Dimas menuturkan bahwa hal tersebut masih perlu dipertanyakan. Hal itu mengingat tujuan penyelenggaraan Jambore TIK masih belum jelas, “apakah untuk dunia kerja atau untuk mengenalkan TIK kepada penyandang disabilitas?” demikian timpal Dimas.

“Kalau tujuannya untuk dunia kerja, penyelenggaran (Jambore) TIK yang sudah berjalan belum bisa dikategorikan berhasil. Tapi kalau (tujuannya) untuk memperkenalkan TIK dan kesetaraan, sudah cukup berhasil,” Dimas melanjutkan.

Selain itu Dimas memberi masukkan bahwa perlu diperhatikan pengelompokan penyandang disabilitas berdasarkan usia akan sangat sulit. Mengingat ada beberapa penyandang disabilitas yang sudah berusia 17 tahun namun baru mengeyam pendidikan tingkat SD, dan bahkan ada yang tidak sekolah. (Pubdokpus – G)


Label
seminar, proposal, penelitian, efektivitas, pelaksanaan, jambore, tik, untuk, kemandirian, penyandang, disabilitas