Gegap gempita perdagangan elektronik gaungnya tidak sampai ke UKM. Nilai transaksi dalam perdagangan elektronik atau e-commerce nyatanya tidak menyentuh secara langsung para pelaku UKM. Para pelaku yang sejatinya adalah produsen asli produk Indonesia. Dalam sebuah berita yang terangkum di Kliping Pers Humas Kemkominfo, UKM tidak dapat terjun langsung dalam e-commerce. Produk asli Indonesia tidak banyak di pasaran e-commerce global bahkan lokal. Justru sebaliknya, produksi luar negeri dan contoh ikutannya yang banyak berseliweran. Akhirnya, dampak e-commerce tidak dapat dirasakan oleh UKM. e-Commerce belum ramah terhadap pelaku UKM.
Pendapat ini bisa jadi dapat dibenarkan berdasarkan hasil sementara riset BPPKI Yogyakarta terkait pengukuran kebergunaan dan pengalaman pengguna dalam menggunakan Jogjaplaza.id. Riset yang menggandeng Balai Bisnis DIY ini telah menelusuri lebih dari 100 UKM yang tersebar di DIY. Sangat banyak sentra UKM di DIY mulai dari makanan hingga kerajinan yang telah menyasar pasar global dan lokal. Produk asli DIY ini tidak sedikit yang menjadi trademark daerah lain, bahkan negara asing. Contoh kerajinan bambu dan enceng gondog yang justru moncer di Bali. Atau batik daerah lain yang didesain dan dibatik oleh masyakarta DIY. Lainnya, kerajinan tatah sungging kulit dan furniture yang dicap made in negara lain. Hadirnya produk UKM ini di daerah lain semata-mata bukan melalui jalur e-commerce. Justru jalur offline-lah yang banyak mendatangkan keuntungan. Entahkah itu pameran, word of mouth, maupun peredaran kartu nama.
Para pelaku UKM bukannya tidak ingin melakukan perdagangan dan transaksi secara e-commerce. Infrastruktur pun tidak menjadi kendala. Mereka, terkendala dalam manajemen yang waktunya habis untuk proses produksi. Sehingga, tidak ada waktu dan SDM lagi untuk mengurusi lini e-commerce. Kecuali UKM yang baru mulai merintis untuk mencari pasar dan digerakkan oleh generasi baru. Jika produk UKM tersebut ada di marketplace dan social commerce, mereka meyakini itu adalah tindakan para distributor, bukan para pelaku UKM. Para pelaku UKM mengharapkan adanya sistem dan wadah yang memfasilitasi mereka dalam pemasaran e-commerce dimana UKM tidak perlu terjun langsung disana sehingga dapat fokus pada kualitas produksi.
Vieka Aprillya Intanny selaku ketua tim penelitian akan menindaklanjuti hasil penelusuran ini dalam upaya menggerakan perekonomian daerah melalui e-commerce khususnya Jogjaplaza.id (ina)
Label
bppki yogyakarta, riset tik