Gambar: foto 1 j

  • Bagikan

Jakarta – Kanal yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika dipersepsi baik oleh para warga net atau netizen sebagai media penyedia informasi, meski ada beberapa masukan yang berarti untuk perbaikan di masa yang akan datang. Hal ini disampaikan oleh beberapa netizen yang diundang dalam forum FGD daring yang dilaksanakan pada Selasa 18 Agustus 2020.

Berdasarkan Instruksi Presiden nomor 9 tahun 2015 tentang Pengelolaan Informasi Publik, Kementerian Kominfo memiliki tugas sebagai pengelola informasi publik secara terintegrasi. Untuk mendukung tugas ini, Kementerian Kominfo, dalam hal ini Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, mengelola berbagai kanal untuk produksi dan diseminasi informasi publik diantaranya: 1) Indonesia.go.id; 2) Indonesia Baik; 3) Infopublik; dan 4) GPRTV, termasuk kanal yang dikelola oleh Humas Kominfo: 5) Kominfo.go.id Kanal-kanal tersebut disalurkan melalui beragam platform: Website, Instagram, Facebook, Youtube, dan Twitter. Kelima kanal ini yang menjadi topik bahasan dalam FGD.

Kanal “Indonesia Baik” (IB) memiliki respons yang sangat baik dari segi attention (atensi), interest (minat), search (penelusuran), action (aksi) dan share (berbagi). Informasi yang disebar melalui kanal IB bertujuan untuk menggelorakan semangat menuju Indonesia yang lebih baik. Target audiens IB adalah netizen berusia 18-34 tahun yang aktif bermedia sosial serta penyuka data. Konten IB difokuskan pada format grafis baik itu berupa infographic, motion graphic maupun video graphic.

Winda, salah seorang netizen dan juga follower akun resmi Instagram IB, menyatakan tertarik dengan konten IB, bahkan menyamakan dengan konten media online ternama seperti Tirto.id.

“saya suka tampilannya yang ada animasi, motion, grafik, sesuai dengan preferensi saya. Dari sisi konten, biasanya saya lihat yang dari muncul di beranda jadi saya baca. Dari konten sudah bagus dan mudah dipahami. Kalau berita ditampilkan biasanya panjang sedangkan grafik langsung ke intinya saja. Dari tampilan warna dan lainnya sejauh ini suka-suka saja, tidak monoton, mata adem saat melihatnya.” ungkap perempuan berstatus mahasiswi tersebut.

Berbeda dengan Shinta, salah seorang netizen yang tidak familiar dengan IB, justru mengandalkan media lain seperti Kata Data untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Shinta, yang juga tidak memiliki akun IG ini, menyatakan kurang update informasi yang disajikan di website IB.

Kalau dikelola seperti situs berita yang memiliki pemred, editor, jurnalis, mungkin akan lebih profesional maka bisa mengalahkan Kata Data atau Tirto. Jika masih sebatas isi konten seperti content creator umumnya maka masih bisa ketinggalan. Sebaiknya dikelola dengan lebih profesional sehingga lebih update dan itu perlu.” ungkap perempuan berstatus Aparatur Sipil Negara tersebut.

Berbeda dengan IB, Infopublik belum begitu menjadi media rujukan utama netizen meski ada potensi digunakan untuk penelusuran informasi lebih lanjut.

“Sebab kebiasaan saya, pertama mengikuti medsos [media sosial] dulu, bila ada yang menarik isu atau masalah yang dibahas dalam medsos, kemudian saya mencari lebih jauh pada kanal pemerintah, seperti infopublik” ungkap Corry Vianan, salah seorang ASN Peneliti di LIPI. Meski demikian, dia mengaku jarang melakukan share informasi yang didapat dari kanal pemerintah.

FGD daring ini merupakan bagian dari serangkaian pengumpulan data penelitian "Persepsi Netizen terhadap Media Online Kominfo dalam Mendiseminasikan Informasi Publik Tahun 2020” yang dikerjakan oleh Pusat Litbang Aplikasi Informatika dan Informasi dan Komunikasi Publik tahun 2020. Dengan mengumpulkan opini langsung dari masyarakat, para pengelola media Kominfo mendapatkan banyak masukan untuk dapat menjadikan media-media publik tersebut lebih memasyarakat. (VIM)


Label
informasi publik, kanal kominfo, netizen