Bogor, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Puslitbang SDPPI), melaksanakan Seminar Pendahuluan Penelitian Swakelola, Tim 2, dengan judul, “Kajian Lanjutan 5G di Indonesia”. Acara dimulai dengan laporan dari Kepala Puslitbang SDPPI, Drs. Sunarno, MM, yang juga Ketua Panitia pelaksnaan kegiatan seminar hari itu. Kapuslitbang SDPPI, menyampaikan bahwa di tahun 2016 ini Puslitbang SDPPI mengadakan dan dalam proses Seminar Pendahuluan 5(lima) penelitian, yang telah diajukan sebagai topik penelitian, dan disetujui oleh Kepala Badan Litbang SDM yang terdiri dari 3(tiga) penelitian Tim dan 2(dua) penelitian joint research antara lain : “Implementasi Internet of Things (IoT) Untuk Sektor Kesehatan” (Koordinator, Sri Aryanti), “Kajian Lanjtutan 5G Indonesia” (Koordinator, Diyah Kusumawati), “Kelayakan Implementasi High Altitude Platforms (HAPs) Di Indonesia” (Koordinator, Diah Yuniarti). Dan 2 penelitian Joint Research antara lain : “Standard Kwalitas Layanan Data Pada Jaringan Seluler” (Koordinator, Sri Wahyuningsih), dan “Kajian Frekwensi KA. Band, Untuk Kominikasi Satelit” (Koordinator, Wiriyanto).
Dr. Ir. Basuki Yusuf Iskandar, dalam sambutannya menekankan tentang pentingnya sebuah semangat “Sense of Urgency dan Sense of future crisys” guna menghadapi pasar bebas dunia yang semakin dekat. Beliau berharap dengan penelitian tentang 5G ini dapat dijadikan sebagai mesin pendorong untuk mengejar ketinggalan bisnis ICT di Indonesia yang selalu tertinggal. “Kajian 5G ini diharapkan muncul suatu model bisnis yang mencerminkan kita sebagai smart user. Bisnis Model yang diharapkan bukan hanya bisnis model ICT, tapi juga di sektor-sektor lainnya yang semuanya melahirkan perubahan, karena ICT telah melakukan perubahan di beberapa sektor.”
Acara yang diadakan di Hotel Mirah, Bogor, dilanjutkan dengan penyampaian Koordinator Penelitian Tim 2 mengenai data yang hingga saat ini telah tersusun. Diah Kusumawati, memaparkan bahwa kajian yang dilakukannya bersama tim merupakan kelanjutan dari penelitian tim sebelumnya yang di-koordinator oleh peneliti Awangga. Muncul beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh kajian ini yaitu:
- Apa yang dilakukan Indonesia dalam menghadapi teknologi 5G ini?
- Bagaimana peran Indonesia terhadap teknologi 5G ini, apakah akan full adopsi atau termasuk yang berperan dalam melahirkan teknologi 5G?
- Di sisi sebelah mana Indonesia berperan dalam teknologi 5G ini, dan bagaimana korelasi teknologi dan regulasi ?
- Ketika 5G dilauching tahun 2020, apakah industri Indonesia sudah mampu menghadapi teknologi 5G ini??
- Bagaimana produktifitas masyarakat bisa ditingkatkan menggunakan teknologi 5G ini??
- Berapa Biaya Peralihan/Switching Cost, ketika teknologi 5G ini hadir di Indonesia.??
Kepala Badan Litbang SDM, Basuki Yusuf Iskandar, memberikan apresiasi positif pada presentasi yang disampaikan Dikus (panggilan akrab peneliti Diah Kusumawati) dengan satu tambahan poin penting untuk kajian tersebut. “Saya apresiasi baik untuk presentasi ini, sudah 75% (tujuhpuluh lima persen)... point yang penting yang perlu saya tambahkan adalah, bahwa 5G ini bukan hanya mengenai sektor telekomunikasi saja, kita juga harus memberikan early warning pada sektor lain, karena banyak terjadi perubahan mendasar pada teknologi 5G pada setiap sektor.”
Sigit Wigati juga menjelaskan bahwa teknologi 5G yang hadir nanti tidak hanya menyentuh industri Telekomunikasi tapi akan menyentuh sektor lain, “5G nanti bukan hanya industri teknologi telco saja yang berkembang,. Dalam dokumen ITU – 5G Usage Scenario (Skenario Penggunaan 5G), digambarkan dalam grafik berbentuk segitiga yang menggambarkan 3(tiga) cluster utama yaitu, Enhanced Mobile Broadband, Massive Machine Type Communication, dan Ultra-Reliable and Low Latency Communication.”
Denny Setiawan, dalam penyampaiannya memberi masukan kepada tim peneliti 5G Indonesia untuk selalu memantau informasi working group yang membahas tentang Teknologi 5G baik Internasional atau regional group, “Selalu memantau Study Group yang berhubungan dengan kajian penelitian dengan konsisten. APT (Asia Pacific Telecommunication) lebih mungkin dihadiri daripada pertemuan setingkat ITU (International Telecommonication Union).”
Acara seminar ini dihadiri oleh peneliti-peneliti dari Puslitbang PPI, BPPT, Mastel, dan lembaga-lembaga stakeholder, juga para praktisi dari dunia telekomunikasi dan informasi Indonesia. Acara ditutup pukul 12.00 wib, dengan membawa tugas besar negara untuk membawa gerakan baru dalam menghadapi teknologi telekomunikasi dan informasi dengan Kebangkitan Senses of Future Crysis, seperti yang disampaikan oleh Kepala Badan Litbang SDM, Basuki Yusuf Iskandar dalam sambutan pembukaan, “ Ada kewajiban moral bagi kita(Kementerian Kominfo) untuk memberi early warning (peringatan yang lebih awal) kepada industri sektor-sektor lain yang menggunakan teknologi ini (telekomunikasi dan informasi), sehingga bisa menyongsong perubahan yang berdampak pada ekonomi ini secara baik.”