BPPT – Jakarta 29/11/2016, Pusat Pengembangan Literasi dan Profesi SDM Informatika, menyelenggarakan Konvensi Penyusunan Rancangan SKKNI Bidang Software Development Sub. Bidang Software Analysis Design dan Software Quality Assurance. Acara yang dilaksanakan di Gedung 2 BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) ini dihadiri oleh lebih kurang 80 (delapan puluh) peserta yang terdiri dari dunia industri, Akademisi, Asosiasi Profesi dan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan SDM.
Kepala Pusat Pengembangan Literasi dan Profesi SDM Informatika, Dr. Hedi M. Idris M.Sc dalam laporannya sebagai Ketua Penyelenggara menyampaikan, Sesuai PERMENAKER No. 3 Tahun 2016 tentang tata cara penyusunan SKKNI, bahwa rancangan SKKNI harus sesuai dengan prinsip-prinsip SKKNI yaitu: 1. Relevan dengan dunia industri dan usaha, 2.Valid dengan acuan dan pembanding yang sah. 3. Acceptable dapat diterima oleh para pemangku kepentingan. 4. Fleksibel dapat diterapkan dan memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan. 5. Mampu ditelusuri dan dapat dibandingkan dengan kompetensi yang ada baik secara nasional maupun internasional.
Rancangan SKKNI yang sejak awal dibuat oleh Badan Litbang SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika, sebanyak 28 (Duapuluh Delapan) baik bidang Informatika juga bidang Komunikasi. 21 (Duapuluh Satu) SKKNI sudah ditetapkan oleh PERMEN KOMINFO, untuk bidang Informatika tapi baru 15 (Limabelas) yang sudah menjadi SKKNI. Untuk tahun 2016 ini saja telah 3 (Tiga) Rancangan SKKNI sedang dalam proses menunggu Permen.
Sedangkan dalam arahan serta sambutannya Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan SDM Kominfo Dr. Ir. BasukI Yusuf Iskandar M.A, mengatakan bahwa sebuah yang dirilis awal November 2016 oleh Singapore Management University (SMU) bekerjasama dengan JP Morgan menemukan ada mismatch yang jelas antara skill yang diberikan oleh institusi pendidikan dengan apa yang dibutuhkan industri. Meskipun indonesia diperkirakan menghasilkan 200.000 lulusan di bidang ICT tiap tahunnya, yang secara jumlah sudah cukup memenuhi kebutuhan industri skill yang mereka miliki seringkali belum memenuhi tuntutan industri.
Temuan ini mendukung survey yang dilakukan situas komunitas developer bernama Stack Over Flow pada tahun 2015. Dari sebanyak 26.086 responden yang berasal dari 157 negara, 41 % diantaranya menyatakan bahwa mereka belajar untuk menjadi seorang programmer secara otodidak. Dari segi latar belakang pendidikan pun, 48 % responden mengakui bahwa mereka tidak memiliki latar belakang pendidikan ilmu komputer. Oleh sebab itu tantangan utamanya yakni menyiapkan lapangan kerja, sedangkan key factor nya adalah kreativitas & sikap kerja.
“Sense of Urgency ini yang membuat keterdesakan sehingga orang mampu untuk keluar ari dari suatu masalah, salah satunya melalui , creative and innovative thinking....” pesan ini mengingatkan agar selalu ada rasa untuk keluar dari wilayah nyaman dan berjuang berebut peluang yang ada dengan negara berkembang lainnya baik secra individu dan kolektif.
Acara yang dilaksanakan pada Selasa, 29 Nopember 2016 berlangsung dengan di moderatori Bapak Dr. Udi Rusadi, M.S dilanjutkan dengan acara utama, yaitu menyusun Rancangan SKKNI. Acara Penyusunan Rancangan SKKNI ini dibagi dengan 4 (empat) kegiatan, Rapat Pleno , Diskusi Kelompok, Persentase Kelompok, dan Penyerahan Hasil Penyusunan Rancangan SKKNI dari Ketua Tim Perumus Bapak Windy Gambetta menyerahkan hasil 2 (dua) Rancangan SKKNI yaitu Software Development Sub. Bidang Software Analysis Design dan Software Development Sub. Bidang Software Quality Assurance kepada Kepala Bidang Profesi SDM Informatika, Dr.Ramon Kaban M.Si, mewakili Kepala Pusat Literasi dan Profesi SDM Informatika, selaku fasilitator kegiatan tersebut. (Kontributor tulisan RK dan SMN).
Label
rskkni, standard, kemenaker, sad, sqa, badan litbang sdm