Jakarta - Puslitbang Aplikasi Informatika dan Informasi dan Komunikasi Publik, Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Kominfo, mengadakan seminar desain riset “Faktor Kesuksesan dan Kegagalan Inkubator Bidang e-Commerce”, (18/02). Seminar proposal ini merupakan tindak lanjut dari konsinyering sebelumnya (12/02).
Penelitian Joint research ini dilatar belakangi dengan mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada ahir tahun 2015, membuka peluang sekaligus menjadi tantangan bagi Indonesia. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) perlu disiapkan untuk menghadapi persaingan dalam MEA. Sehingga diharapkan dapat menarik investasi asing, meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam RPJMN 2015 – 2019 dicantumkan rencana pengembangan inkubator bisnis. Pertanyaan penelitian ini yaitu; apa saja faktor penyebab kesuksesan dan kegagalan inkubator bidang ICT?. Sampel yang digunakan adalah inkubator bisnis milik pemerintah. Penelitian ini menggunakan pendekatan metodologi kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk melihat indikator kesuksesan inkubator bisnis, sedangkan kualitatif untuk melihat faktor pendukung dan penghambat kesuksesan inkubator bisnis.
Basuki Yusuf Iskandar, menyatakan bahwa penelitian ini sudah mendekati apa yang diharapkan. Ia menyarankan faktor readiness dari tenant perlu disebutkan. “Faktor kesuksesan dan kegagalan yang belum dicantumkan dalam kerangka pikir adalah faktor readiness dari tenant itu sendiri. Readiness juga perlu melihat penerimaan pasar terhadap produk tenant. Untuk tahapan readiness perlu dikonfirmasi dengan direktorat e-business yang membantu dalam penyusunan roadmap e-commerce. Perlu ditambahkan juga untuk wawancara bisnis yang berasal dari inovasi-inovasi masyarakat yang muncul tanpa peran pemerintah, misalnya; Upin Ipin dan Gojek”, ujar Kepala Badan Litbang SDM KemKominfo tersebut.
Ditambahkan juga untuk melihat bagaimana sistem kerjasama antara tenant dan inkubator, dan perlu menggali strategi dari masing-masing tenant dan inkubator tersebut.
Maykada Harjono K, mengungkapkan bahwa Inkubator Industri Informatika binaan Kominfo berlokasi di Bandung dan Yogyakarta. “Inkubator Industri Informatika binaan Kominfo yang berada di bawah Dir. PII berlokasi di 2 daerah, yaitu Bandung dan Yogyakarta. Jika memungkinkan 2 (dua) lokasi ini perlu dimasukkan ke dalam sample, karena masing-masing memiliki karakteristik dan keunikannya”, ujar Kasubdit Infrastruktur Industri Layanan Aplikasi Infotmatika, Dit.PII, Aptika tersebut.
Ia juga menyarankan untuk menambahkan program prioritas pemerintah, sperti Nawacita, dan program di daerah 3T. Pembentukan komite dalam suatu inkubator untuk membantu dalam mengawasi management inkubator juga perlu dipertimbangkan sebagai masukkan.
Sementara, Indra Purnama, menjelaskan mengenai High risk dan high return merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh inkubator. “Resiko yang perlu diperhatikan oleh inkubator yaitu; Resiko pasar, seperti apa produk dibutuhkan atau tidak dibutuhkan? Adakah yang tertarik untuk membelinya?. Resiko produk, mungkin atau tidak produknya dapat diproduksi atau dihasilkan?. Resiko tim, meliputi kekompakan tim dan kapabilitas tim merupakan faktor SDM yang sangat penting”, ujar Ketua Komisi Bidang Kerjasama dan promosi Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia (AIBI) tersebut.
Ia juga menambahkan penyebab kegagalan inkubator digital diantaranya karena tidak adanya funding bagi start up, masih banyak inkubator yang memberikan workshop daripada mentoring, salah dalam memilih metedologi, dan sulitnya menemukan orang yang tepat sebagai pengelola dan mentor.
Ahmad Yani, Sekretaris incuBie Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM)-IPB, menyarankan untuk dibuat peringkat dari 7s untuk masing-masing tipe inkubator. Dalam metode penelitian juga perlu ditambahkan analisis SWOT digabung dengan AHP untuk menentukan pemeringkatan. Seleksi tenant juga perlu diperketat.
Seminar desain riset “Faktor Kesuksesan dan Kegagalan Inkubator Bidang e-Commerce”, diadakan di Hotel Ibis, yang dihadiri oleh perwakilan dari Ditjen Aptika, Pejabat Struktural, peneliti dan calon peneliti di lingkungan Badan Litbang SDM, beserta staf di lingkungan Puslitbang Aptika dan Ikp. (NM)
Label
puslitbang aptika dan ikp, e-commerce, seminar desain riset, badan litbang sdm, penelitian, pengembangan sdm